Selasa, 18 Maret 2014

Nahwu_Dasar

                                                                                                                                                                            I.      KALAM
Kalam: lafadz yang tersusun dari dua kalimat atau lebih dan memberikan faedah serta berbahasa arab atau di sengaja. Contoh   جاء زيد  
KET : kalam adalah kalimat yang memenuhi syarat diatas,. Artinya
  1. bisa dikatakan  kalam apabila berupa lafadz ( kalimat tersebut terdiri dari sebagian huruf hijaiyah). Dalam contoh di atas kedua kalimat tersebut sama-sama terdiri dari sebagian huruf hija'iyah yaitu  ج ,  ا ,ء dan  ز, ي , د .
  2. lafadz tersebut terdiri dari dua kalimat ( dua lafadz) atau lebih . Dalam contoh di atas tersusun dari kalimat جاء dan kalimat  زيد .
  3. lafadz yang tersusun dari dua kalimat atau lebih tersebut harus memberikan faedah ( susunan kalimat yang memberikan pemahaman, sekiranya orang yang mendengarkan tidak usah bertanya lagi dan orang yang mengungkapkan susunan kalimat tersebut tidak usah mengulangi). Dalam contoh di atas memberikan pemahaman  bahwa zaed itu berdiri beda halnya dengan lafadz  إن قام زيد  ( kalau zaed berdiri) karna dalam lafadz ini  masih perlu dipertanyakan, yaitu : kalau zaed berdiri mau ngapain broo?
  4. lafadz yang tersusun dari dua kalimat atau lebih serta memberikan faedah itu harus disenaja atau berbahasa arab, maksudnya kalau kita mengartikan وضع itu disenaja berarti kalau lafadz itu di ucapkan oleh orang yang sedang tidur maka tidak bisa dikatakan kalam meskipun lafadz nya itu جاء زيد . kalau  وضع itu kita artikan berbahasa arab berarti selain bahasa arab tidak bisa di katakana kalam meskipun tersusun dari beberapa kalimat . contoh  I  Love You.

Kalimat : satu kata atau satu ungkapan yang mempunyai arti . Contoh  زيد
Kalimat itu dibagi tiga bagian :
  1. kalimat isim
  2. kalimat fi'il
  3. kalimat huruf
ü  kalimat isim : satu kata yang menunjukkan ma'na dirinya sendiri dan tidak bersama'an dengan zaman yang tiga. Contoh زيد    dan  هند    
ü  kalimat fi'il   : satu kata yang menunjukkan ma'na dirinya sendiri dan beersama'an dengan zaman yang tiga. Contoh ضرب , يضرب  dan  إضرب.
ü  Kalimat huruf : satu kata yang tidak menunjukkan ma'na kalau tidak bersama'an dengan kalimat lain. Contoh هل  , في  dan lainnya.
KETERANGAN:
  1. Kalimat isim dan fi’il itu sama-sama mempunyai arti yang bisa di faham meskipun tidak bersamaan dengan kalimat lain. Hanya saja kalau kalimat  isim itu tidak terikat dengan zaman (waktu) yang tiga: 1. Zaman Madhi (waktu yang sudah terjadi), 2. Zaman Istiqbal (waktu yang masih akan terjadi), 3. Zaman Hal (waktu yang sedang terjadi). Seperti lafadz زيد dalam contoh di nomor satu,  itu tidak ada yang mempunyai arti sudah zaid, akan zaid atau sedang zaid. Sedangkan kalimat fi’il, itu terikat dengan zaman yang tiga tersebut, seperti dalam contoh di nomor dua, ضرب artinya (sudah memukul),  يضرب (akan memukul atau sedang memukul).
  2. Kalimat huruf itu tidak akan mempunyai arti yang bisa di faham kecuali bersamaan dengan kalimat lain seperti huruf في  dalam contoh في البيت . ma’na في dalam contoh tersebut seandainya tidak ada lafadz البيت maka ma’nanya tidak akan bisa di faham.
Kalimat isim bisa di ketahui dengan :

  1. jer contoh زيدٍ
  2. tanwin contoh زيدًٍَ  ٌ
  3. ال contoh الرجل
  4. kemasukan huruf jer ( من, إلى, عن, على,في , رب , باء, كاف , لام dan huruf qosam yaitu واو, باء, تاء ) contoh كزيد .
kalimat fi'il bisa di ketahui dengan:
  1. قد contoh قد قام
  2. سين contoh سيقوم
  3. سوف contoh سوف تعلمون
  4. ta' ta'nits as sakinah ( yang mati ) contoh قامت
kalimat huruf bisa diketahui dengan tidak bisanya kalimat huruf  untuk menerima tanda-tandanya kalimat isim dan fi'il seperti contoh هل , lafadz ini tidak bisa menerima tanwin ( tidak bisa di baca ) هلٍ atau قد هل .
KETERANGAN:
  1. Kalimat isim bisa di bedakan dari kalimat fi’il dan huruf  karena kalimat isim bisa menerima jer, tanwin, ال dan bisa kemasukan huruf jer seperti lafadz الرجل dalam contoh جاء الرجل  bisa di ketahui bahwa lafadz  termasuk kalimat isim karena lafadz tersebut kemasukan ال.
  2. Kalimat fi’il bisa di bedakan dari kalimat isim dan huruf karena kalimat fi’il bisa kemasukan قد, سين, سوف dan ta’ ta’nis yang mati seperti lafadz تعلمون dalam contoh سوف تعلمون bisa di ketahui bahwa lafadz itu adalah kalimat fi’il karena lafadz tersebut kemasukan سوف.
  3. Kalimat huruf bisa di bedakan dari kalimat isim dan fi’il sebab tidak bisanya kalimat huruf untuk menerima tanda-tanda kedua kalimat tersebut seperti halnya huruf هل itu tidak bisa di baca هلً atau di baca سوف هل.
                                                                                                                                             II.      TA'RIF ATAU DIFINISI
Sebelum kita mempelajari bab I’rob alangkah lebih baiknya kalau kita mempelajari terlebih dahulu difinisi-difinisi lafadz yang berhubungan dengan bab I’rob seperti difinisi isim mufrod, difinisi jamak dan lain sebagainya.
v   Isim Mufrod     : isim yang bukan isim tatsniyyah, bukan jamak dan bukan lafadz yang di samakan dengan isim tatsniyah dan jamak dan bukan asma’ul khomsah contoh زيد .
v   Isim Tats niyyah : isim yang menunjukkan ma'na dua contoh زيدان ( dua zaid ) هندان ( dua hindun ) .
v   Jamak    : isim yang menunjukkan ma’na banyak (tiga ke atas) baik laki-laki atau perempuan seperti lafadz زيدون dan lafadz مسلمات.
Jamak di bagi menjadi tiga bagian yaiut:
1.      Mudzkkar salim  :isim yang  mennunjukkan ma'na  laki-laki banyak    ( tiga ke atas)  seperti  lafadz  زيدون  ( beberapa zaid )  dalam  contoh جاء الزيدون.
2.      Muannas salim    : isim yang menunjukkan ma'na perempuan banyak ( tiga ke atas( dengan tambahan alif dan ta' di akhirnya, seperti lafadz  هندات dalam contoh جائت الهندات.d
3.      Taksir                  : lafadz yang berubah dari bentuk mufrodnya baik perubahan tersebut dengan cara ditambah seperti lafadz صنوان  yang merupakan perubahan dari lafadz صنو  atau perubahan tersebut dengan cara di kurangii seperti lafadz تخم yang merupakan perubahan dari lafadz تختمة   atau perubahan tersebut secara harkat sepserti lafadz أسد  dari lafadz  أسد atau dengan cara menambah dan merubah  harkatnya seperti lafadz رجال dari lafadz  رجل atau dengan cara menambah dan mengurangi serta merubah harkatnya seperti lafadz غلمان  dari lafadz  غلام .
v   Fi’il Mudore’ Shohih Akhir: fi’il mudhore’ yang akhirnya tidak terdiri dari salah satu huruf illat yaitu: ( واو, الف, ياء ) seperti lafadz ضرب .
v   Fi’il Mudore’ Mu’tal Akhir: fi’il mudhore’ yang akhirnya berupa salah satu huruf illat yang tiga tersebut seperti lafadz  يرضى dan يرمي .
v   Asma’ul Khomsah : isim-isim yang lima yaitu (أب, أخ, حم, فو, ذو  ).
v   Af’alul Khomsah : fi’il fi’il yang lima yaitu ( يفعلان, تفعلان, يفعلون, تفعلون, تفعلين ).

                                                                                                                                                                           III.      I'ROB
A.          DIFINISI I’ROB
I'rob ialah berubahnya akhir kalimat sebab masuknya amil yang berbeda-beda seperti perubahan harkat dal dalam  contoh  : جاء زيد, رأيت زيدا , مررت بزيد .
KET : dalam contoh di atas lafadz زيد sebelum kemasukan amil ( جاء, رأيت , مررت ب ) dibaca زيد tanpa harkat huruf dal, dan setelah lafadz زيد  tersebut kemasukan amil maka harkat dalnya berubah sesuai dengan amil yang masuk pada lafadz زيد tersebut, apabila kemasukan amil rofa' maka dibaca rofa' seperti contoh جاء زيدٌ , apabila kemasukan amil nashob maka dibaca nashob seperti contoh رأيت زيداً dan apabila kemasukan amil jer maka dibaca jer seperti contoh مررت بزيدٍ . Dan berubahnya harkat dal dalam lafadz زيد  dari di baca دٌ , داً sampai ke دٍ sebab kemasukan amil yang berbeda-beda ( جاء, رأيت  dan مررت ب ) itu dikatakan I'rob.
B.           PEMBAGIAN I’ROB
I'rob dibagi menjadi empat :
  1. Rofa'
  2. Nashob
  3. Jer
  4. Jazem
Dari ke empat I'rob tersebut yang masuk pada kalimat isim hanya tiga yaitu:
  1. I'rob Rofa'
  2. I'rob Nashob
  3. I'rob Jer
Dan yang masuk pada kalimat fi'il juga ada tiga yaitu :
  1. I'rob Rofa'
  2. I'rob Nashob
  3. I'rob Jasem
KET : 
1.      Akhirnya kalimat isim itu pasti dibaca salah satu dari yang tiga tersebut, dalam artian kalau tidak dibaca rofa' ya dibaca nashob atau jer seperti contoh جاء زيد, رأيت زيدا , مررت بزيد dan tidak mungkin di baca jazem contoh جاء زيد dengan mensukunkan harkatnya dal.
2.      Akhirnya kalimat fi'il itu juga pasti di baca salah satu dari yang tiga tersebut ( kalau tidak di baca rofa' ya dibaca nashob atau jazem seperti contoh يفعــــــل لـــن يفعل, لم يفعل dan tidak mungkin dibaca jer contoh يفعلِ dengan mengejerkan harkatnya lam.
C.          TANDA-TANDA I'ROB
Setelah kita sudah mengenal bahwa I'rob itu ada empat, maka langkah selanjutnya kita harus mengetahui akan tanda-tandanya, karna dari ke empat I'rob tersebut mempunyai tanda-tanda tersendiri.
a.            I’ROB ROFA’
1.            TANDA-TANDA I'ROB ROFA'
i'rob rofa' mempunyai empat tanda-tanda yaitu:
  1. Dhommah
  2. Wau
  3. Alif
  4. tetapnya nun
Dan ke empat tanda-tanda I'rob rofa' tersebut mempunyai bagian masing-masing.
v   DHOMMAH
Dhommah menjadi tanda-tanda I'rob rofa' ada di empat bagian yaitu:
  1. Isim mufrod contoh جاء زيدٌ
  2. Jamak taksir جاء الرجال
  3. Jamak muannats salim جائت المسلمات
  4. Fi'l mudori' yang yang akhirnya tidak bersambung dengan Sesuatu apapun يفعل
v   WAU
Wau menjadi tanda-tandanya I'rob rofa' ada di dua bagian yaitu:
  1. Jamak mudzakkar salim contoh زيدون قائمون
  2. Asma'ul khomsah ( أب, أخ, حم, فو, ذو ) contoh
  3. أبوك قائم, أخوك قاعد , حموك جالس, هذافوك, صاحبك ذو مال
v   ALIF
Alif menjadi tanda-tandanya I'rob rofa' hanya ada di satu bagian yaitu Isim tats niyyah contoh قال رجلان .
v   TETAPNYA NUN
Tetapnya nun menjadi tanda-tanda I'rob rofa' juga hanya ada di satu bagian yaitu fi'il mudhore' yang bersambung dengan dhomir tasniyyah, dhomir jamak dan dhomir muanats mukhotobah atau lebih dikenal dengan sebutan af'alul khomsah contoh :
يفعلان , تفعلان, يفعلون , تفعلون , تفعلين .
KETERANGAN: perlu di ketahui bahwasannya, dalam sebuah kalimat itu tidak akan lepas dari I’rob, dan dalam I’rob tersebut tidak akan lepas dari macam-macam I’rob yang empat tersebut dan dalam I’rob tersebut tidak akan lepas dari yang namanya tanda-tanda sebagaimana tanda-tanda yang di miliki I’rob rofa’ tersebut. Dan fungsi dari adanya tanda-tanda tersebut
2.                                                                        ISIM-ISIM YANG HARUS DIBACA ROFA'
Setelah kita mengetahui tanda-tanda I'rob rofa' dan beberapa pembagiannya, dan sebelum kita melangkah ke I'rob nashob, menurut kami alangkah lebih baiknya kalau kita mengetahui terlebih dahulu isim-isim yang harus dibaca rofa'.
Isim yang dibaca rofa' ada tujuh yaitu:
  1. Fa'il
  2. Naibul Fa'il
  3. Mubtada'
  4. Khobar
  5. Isimnya كان dan saudaranya
  6. Khobarnya إن  dan saudaranya
  7. Lafadz yang ikut pada lafadz yang di baca rofa', yaitu:
ü  Na'at
ü  Atof
ü  Taukid
ü  Badal
·               FA'IL
Fa'il   : Isim yang dibaca rofa' yang jatuh setelah fi'il seperti lafadz زيد  dalam contoh جاء زيد .
Fa'il dibagi menjadi dua bagian, yaitu:
  1. Fa'il Isim Dhohir ( Fa'il yang terbentuk dari isim dhohir ) seperti contoh di atas.
  2. Fa'il isim dhomir ( fa'il yang terbentuk dari isim dhomir ).
Fa'il isim dhomir ada dua belas, yang dua untuk mutakallim seperti contoh ضربت  dan ضربنا , yang lima untuk mukhotob seperti contoh:
Ø  ضربت untuk mufrod mukhotob
Ø  ضربت untuk mufrodah mukhotobah
Ø  ضربتما untuk tatsniyya mukhotob
Ø  ضربتم untuk jamak mudzakkar mukhotob
Ø  ضربتن untuk jamak muannats mukhotob
Sedangkan yang lima untuk gho'ib seperti contoh :
Ø  ضرب untuk mufrod gho'ib
Ø  ضربت untuk mufrodah gho'ibah
Ø  ضربا untuk tatsniyya gho'ib
Ø  ضربوا untuk jamak mudzakkar gho'ib
Ø  ضربن untuk jamak muannats gho'ib
KET : setelah kita mengetahui difinisi fa'il dan pembagiannya, maka agar lebih mengerti apa maksudnya, apa hubungannya dengan bab I'rob dan bagai mana cara membacanya, alangkah lebih baiknya kalau kita langsung memperaktekkannya.
contoh yang gampang;
Ø  جاء زيد
Ø  جاء الرجال
Ø  جاء الزيدون
Ø  جاء الزيدان
Ø  جائت المسلمات
) * ) dalam contoh pertama terdapat susunan dua kalimat yaitu جاء  dan زيد yang mana lafadz جاء  merupakan fi'il dan lafadz زيد merupakan fa'ilnya, dan dari sinilah kita harus kembali ke lap top ( bab I'rob). Kita sudah mengetahui bahwa زيد dalam contoh di atas kedudukannya menjadi fa'il dan hukumnya fa'il harus dibaca ro'fa',  . iya too?. Pertanya'annya memakai tanda-tanda I'rob rofa' apakah lafadz زيد  tersebut?
Langkah pertama, yang harus kita perhatikan untuk mengetahui jawabannya iyalah. Kita harus mengetahui bentuk kalimatnya. Apakah lafadz زيد tersebut terbentuk dari kalimat mufrod atau jamak  ?………. jawabannya, ternyata lafadz زيد tersebut terbentuk dari kalimat mufrod.
Langkah selanjutnya, kita harus mengetahui tanda rofa'nya isim mufrod, apakah memakai tanda rofa' dhommah atau tanda rofa' yang lain ?……….jawabannya, ternyata isim mufrod tanda rofa'nya memakai dhommah.
Dan kesimpulan jawabannya iyalah, tanda rofa'nya lafadz زيد  memakai dhommah. Sudah beres kan, tinggal kita praktekkan sendiri ke contoh-contoh yang di bawahnya dan contoh-contoh yang lain…. Key……!
·               NA'IBUL FA'IL
Na'ibul fa'il  : isim yang di baca rofa' yang tidak menyebutkan fa'ilnya atau maf ul yang menggantikan posisinya fa'il setelah fa'il tersebut di buang, seperi lafadz ضرب زيد yang asalnya ضرب عمروزيدا .
Na'ibul fa'il dibagi menjadi dua bagian yaitu :
  1. na'ibul fail isim dhohir seperti contoh di atas
  2. na'ibul fa'il isim dhomir seperti contoh
Ø  ضربت   dan ضربنا  untuk mutakallim
Ø  ضربت untuk mufrod mukhotob
Ø  ضربت untuk mufrodah mukhotobah
Ø  ضربتما untuk tatsniyya mukhotob
Ø  ضربتم untuk jamak mudzakkar mukhotob
Ø  ضربتن untuk jamak muannats mukhotob
Ø  ضرب untuk mufrod gho'ib
Ø  ضربت untuk mufrodah gho'ibah
Ø  ضربا untuk tatsniyya gho'ib
Ø  ضربوا untuk jamak mudzakkar gho'ib
Ø  ضربن untuk jamak muannats gho'ib
KET  : apabila fi'ilnya na'ibul fail itu berupa fi'il madhi maka cara membacanya, huruf pertamanya di baca dhommah dan huruf sebelum akhir di baca kasroh contoh ضرب , dan apabila fi'ilnya berupa fi'il mudhore' maka cara membacanya huruf pertama dibaca dhommah dan huruf sebelum akhir di baca fathah contoh يضرب .
·               MUBTADA' & KHOBAR
Mubtada'       : isim yang dibaca rofa' yang sepi dari amil lafdzi seperti lafadz زيد dalam contoh زيد قائم .
Khobar           : isim yang dibaca rofa' yang disandarkan pada mubtada' seperti lafadz قائم dalam contoh زيد قائم .
Mubtada' dibagi menjadi dua bagian yaitu:
  1. Mubtada' isim dhohir seperti lafadz زيد dalam contoh di atas.
  2. mubtada' isim dhomir ( mubtada' yang terbentuk dari isim dhomir )
Mubtada' isim dhomir ada dua belas yaitu :
( أنا, نحن, أنت, أنت, أنتما, أنتم, أنتن, هو, هي, هما, هم, هن )
Khobar juga dibagi dua bagian yaitu :
  1. Khobar Mufrod seperti lafadz زيد , زيدان ,  زيدون dalam contoh زيد قائم , زيدان قائمان dan contoh زيدون قائمون .
  2. Khobar Ghoiru Mufrod
Khobar Ghoiru Mufrod ada empat yaitu :

  1. Jer Majrur seperti lafadz في الدار dalam contoh زيد في الدار
  2. Dhorof seperti lafadz عندك dalam contoh زيد عندك
  3. Jumlah Fi'liyah ( susunan fi'il dan fa'il ) seperti قام أبوه dalam contoh زيد قام أبوه
  4. Jumlah Ismiyyah ( susunan mubtada' dan khobar ) seperti جاريته ذاهبة dalam contoh زيد جاريته ذاهبة .
KET  : khobar mufrod iyalah khobar yang bukan jumalah atau serupanya jumlah beda dengan mufrod dalam bab I'rob ( lihat mufrod dalam bab I'rob ). Jadi walaupun yang menjadi khobar itu terbentuk dari isim tasniyyah atau jamak tetap dikatakan mufrod, seperti lafadz قائمان dalam contoh زيدان قائمان , kalau dalam bab I'rob dikatakan isim tasniyyah tapi kalau dalam bab khobar dikatakan mufrod.
Khobar ghoiru mufrod iyalah khobar yang terbentuk dari jumlah ( jumlah ismiyyah atau jumlah fi'liyyah ) atau sibhul jumlah ( serupanya jumlah ).
Yang dimaksud Syibhul Jumlah ( serupanya jumlah ) iyalah dhorof dan jer majrur seperti lafadz في الدار dan عندك dalam contoh زيد في الدار dan زيد عندك , dan khobar dalam contoh tersebut dikatakan khobar ghoiru murod karna khobarnya terbentuk dari susunan jer majrur dan dhorof.
Jumlah ismiyyah iyalah susunan kalimat yang terdiri dari mubtada' dan khobar seperti contoh زيد قائم .
Jumlah fi'liyyah iyalah susunan kalimat yang terdiri dari fi'il dan fa'il seperti contoh قام زيد .

§    AMIL-AMIL YANG MASUK PADA MUBTADA'
Amil yang masuk pada susunan mubtada' khobar dan bisa merusak baca'annya ada tiga yaitu :
  1. كان وأخواتها
  2. إن وأخواتها
  3. ظن وأخواتها

·               كان DAN SAUDARA-SAUDARANYA
كان  dan saudara-saudaranya beramal : merofa'kan isimnya dan menashobkan khobarnya seperti contoh كان زيد قائما .
Saudara-saudaranya كان yaitu :
Ø  أمسى seperti contoh أمسى زيد غنيا
Ø  أصبح seperti contoh أصبح البرد شديدا
Ø  أضحى seperti contoh أضحى الفقيه ورعا
Ø  ظل  seperti contoh ظل زيد قائما
Ø  بات  seperti contoh بات زيد ساهرا
Ø  صار  seperti contoh  صار السعر رخيصا
Ø  ليس  seperi contoh ليس زيد قائما
Ø  مازال  seperti contoh   مازال زيد عالما
Ø  ماانفك  seperti contoh ماانفك عمرو جالسا
Ø  مافتئ  seperti contoh  مافتئ بكر محسنا
Ø  مابرح seperti contoh مابرح محمد كريما
Ø  مادام  seperti contoh لاأصحبك مادام زيد مترددا
Ø  Dan lafadz yang ke tasrif dari lafadz-lafadz di atas seperti يكون dan كن dan lain-lain.
KET : Dari keterangan di atas kita bisa mengambil kesimpulan yang diantaranya:
ü  Kita sudah tahu bahwasanya lafadz-lafadz di atas merupakan amil-amil yang merusak terhadap susunan mubtada' dan khobar maksudnya, kalau  ada susunan kalimat yang terbentuk dari mubtada' dan khobar kemasukan salah satu amil-amil diatas maka khobarnya tidak di baca rofa' lagi akan tetapi di baca nashob seperti lafadz قائما dalam contoh كان زيد قائما yang asalnya زيد قائم dengan merofa'kan lafadz قائما .
ü  Isimnya lafadz – lafadz di atas harus di baca rofa' sebagaimana keterangan sebelumnya, bahwasanya di antara isim yang harus dibaca rofa' yaitu isimnya كان dan saudara-saudaranya.

·               إن DAN SAUDARA-SAUDARANY
إن dan saudara-saudaranya beramal  : Menashobkan isimnya dan merofa'kan khobarnya seperti contoh إن زيداقائما .
Saudara-saudaranya إن  yaitu :
Ø  أن seperti contoh بلغني أن زيدا منطلق
Ø  لكن seperi contoh قام القوم لكن عمرا جالس
Ø  كأن seperti contoh كأن زيدا أسد
Ø  ليت seperti contoh ليت عمرا شاخص
Ø  لعل seperi contoh لعل الحبيب قادم
FAIDAH –FAIDAH إن DAN SAUDARANYA
ý  إن dan أن  berfaidah للتوكيد
ý  لكن   berfaidah للإستدراك
ý  كأن   berfaidah للتشبيه
ý  ليت berfaidah للتمنى
ý  لعل berfaidah  للترجي dan للتوقع

·               ظن DAN SAUDARA-SAUDARANYA
ظن dan saudara-saudaranya beramal : menashobkan isim dan khobarnya seperti contoh ظننت زيدامنطلقا .
Saudara-saudaranya ظن yaitu :
Ø  حسبت seperti contoh  حسبت الحبيب قادما
Ø  خلت seperti contoh  خلت الهلال لائحا
Ø  زعمت seperti contoh  زعمت بكراصديقا
Ø  رأيت seperti contoh  رأيت الصدق منجيا
Ø  علمت seperti contoh  علمت الجود محبوبا
Ø  وجدت seperti contoh  وجدت العلم نافعا
Ø  اتخذت seperti contoh  اتخذت بكرا صديقا
Ø  جعلت seperti contoh  جعلت الطين إبريقا
Ø  سمعت seperti contoh  سمعت النبي صلى الله عليه وسلم يقول
KET : إن dan saudara-saudaranya dan juga ظن dan saudara-saudaranya  termasuk amil-amil yang merusak terhadap susunan mubtada' dan khobar sebagaimana كان dan saudara-saudaranya hanya saja pengamalannya berbeda, contoh زيدقائم kalau lafadz ini kemasukan كان atau saudara-saudaranya maka dibaca كان زيد قائما ( menashobkan khobarnya yang berupa lafadz قائما ), kalaulafadz ini kemasukan إن  atau saudara-saudaranya maka dibaca إن زيداقائم ( menashobkan isimnya yang berupa lafadz زيدا ) dan kalau kemasukan ظن   atau saudara-saudaranya maka dibaca ظننت زيدا قائما  ( menashobkan kedua-duanya dan menjadikan keduanya maf'ul ).

·               NA'AT
ü   DIFINISI NA’AT:
Na’at ialah isim yang menjelaskan sifatnya man’ut atau sifatnya lafadz yang berhubungan dengan man’utseperti lafadz العاقل dan lafadz قام Dalam contoh
جاء زيد العاقل dan contoh جاء الذي قام أبوه
ü   PEMBAGIAN NA’AT:
Na’at di bagi menjadi dua:
1.      Na’at Haqiqy.
2.      Na’at Sababy.
Na’at Haqiqy ialah: Na’at yang menjelaskan sifatnya Ma’ut sendiri seperti lafadz العاقل  dalam contoh   جاء زيد العاقل
Na’at Sababy ialah: Na’at yang menjelaskan sifatnya lafadz yang mempunyai hubungan dengan man’ut seperti lafadz قام dalam contoh   جاء الذي قام أبوه
ü   HUKUM NA’AT:
Na’at Haqiqy harus sama dengan man’utnya dalam segi I’robnya, mudakkar muannatsnya, mufrod tasniyah dan jamaknya serta dalam segi ma’rifat nakirohnya.
Na’at Sababy harus sama dengan man’utnya dalam segi ma’rifat nakirohnya, I’robnya serta dalam segi tatsniyah dan mudakkarnya.
KET:  sesuai dengan difinisinya, na’at merupakan lafadz yang menjelaskan sifat man’ut atau lafadz yang berhubungan dengan man’ut, seperti lafadz :
§  العاقل dalam contoh pertama merupakan sifat dari زيد .yang mana dengan adanya sifat tersebut memberi penjelasan bahwa yang datang adalah زيد yang mempunyai akal bukan زيد  lainnya.
§  الذي قام dalam contoh yang kedua merupakan sifat dari lafadz أبوه (lafadz yang berhuungan dengan man’ut), yang mana dengan adanya sifat tersebut member penjelsan  bahwa yang datang adalah زيد yang bapaknya berdiri.

*            MA'RIFAT DAN NAKIROH
MA'RIFAT :  isim yang menunjukkan pada Sesutu yang tertentu seperti contoh زيد  yang mana lafadz زيد  tersebut tertentu pada زيد.
NAKIROH :  setiap isim yang mencakupi pada semua jenisnya contoh رجل yang mana lafadz رجل tersebut mencakupi pada semua jenis laki-laki seperti زيد , بكر dan عمرو .
Menurut sebagian pendapat isim nakiroh iyalah : setiap lafadz yang pantas untuk dimasuki ال seperti lafadz رجل karna lafadz ini bisa kemasukan ال ( menjadi الرجل ).
Iasim ma'rifat ada enam yaitu :
  1. isim dhomir contoh أنا
  2. isim alam contoh زيد
  3. isim isyaroh contoh هذا
  4. isim mausul contoh الذي
  5. lafadz yang kemasukan ال contoh الرجل
  6. lafadz yang di mudhofkan pada salah satu yang lima tersebut seperti lafadz غلام dalam contoh غلامي, غلام زيد, غلام هذا, غلام الذي قام أبوه, غلام الرجل
·               TAUKID

ü   DIFINISI TAUKID
Taukid ialah lafad yang menguatkan terhadap  lafadz sebelumnya ( muakkad ) dan menghilangkan ketidak jelaan yang ada pada lafadz sebelumnya (muakkad ). Seperti lafadz نفسه  dan زيد dalam contoh جاء زيد نفسه dan جاء زيد زيد
ü   PEMBAGIAN TAUKID
Taukid di bagi menjadi dua:
1.      taukid lafdi
2.      taukid ma’nawy
Taukid lafdi ialah taukid yang lafadnya sama persis dengan lafad sebelumnya, baik berupa isim seperti lafad زيد yang kedua dalam contohجاء زيد زيد  atau berupa fi’il seperti lafad أتاك yang kedua dalam contoh أتاك أتاك اللاحقون atau berupa huruf seperti huruf لا  dalam contoh لالاأبوح atau berupa jumlah seperti jumlah ضربت زيدا yang kedua dalam contoh ضربت زيداضربت زيدا .
Taukid ma’nay ialah taukid yang lafadnya menggunakan lafad tertentu, seperti lafad نفسه dalam contoh  جاء زيد نفسه  
Lafad-lafad taukid ma’nawy:
  • النفس
  • العين
  • كل
  • جميع
  • عامة
  • كلا
  • كلتا
  • أجمع
  • Dan lafadz-lafadz yang ikut pada lafadz أجمع seperti أكتع , أبتع  dan أبصع .
ü   HUKUM TAUKID:
Ø  Taukid harus ikut pada muakkad dalam segi I’robnya ( rofa’, nashob dan jerrnya ) serta harus terdiri dari isim ma’rifat, seperti lafad  نفسه dan lafad زيد yang kedua dalam contoh جاء زيد نفسه  dan contoh  جاء زيد زيد. Menurut ulama’ bashroh tidak boleh mentaukiti lafadz yang nakiroh dengan lafadz-lafadz taukid ma’nawy.
Ø  Taukid ma’nawy harus bersambung dengan domir yang cocok dengan muakkad. Seprti contoh جاء زيد نفسه  , جائت هند نفسها, جاء القوم كلهم . 
Ø  Boleh menambah lafadz أجمع setelah lafadz كل untuk menambah dalam mentaukiti seperti contoh جاء القوم كلهم أجمعون .
Ø  Lafadz-lafadz taukid yang ikut pada lafadz أجمع boleh ditambahkan setelahnya, untuk menambah dalam mentaukiti ( menguatkan taukid ). SepertI contoh             جاء القوم كلهم أجمعون أكتعون
·               ATAF
ü   DIFINISI ATAF
  Ataf ialah isim yang dalam segi I’robnya ikut pada lafadz sebelumnya (ma’tuf alaih), baik antara ma’tuf dan ma’tuf alaihnya terdapat huruf ataf atau tidak ada. Seperti lafad عمرو dan خالد dalam contoh جاء زيد وعمرو dan contoh دخل أبو شريح خالد .
ü   PEMBAGIAN ATAF
Ataf dibagi menjadi dua:
  1. Ataf Bayan
  2. Ataf Nasaq
Ataf Bayan ialah isim yang ikut pada ma’tuf alaih, yang terbentuk dari isim jamid, yang sama dengan sifat (Na’at) dalam menjelaskan matbu’nya apabila terdiri dari isim ma’rifat dan mentakhsis matbu’nya apabila terdiri dari isim nakiroh, seperti lafadz خالد dan صديد dalam contoh دخل أبو شريح خالد dan contoh من ماءصد يد .
Ataf Nasaq ialah iasim yang ikut pada ma’tuf alaih yang mana antara isim tersebut terdapat huruf ataf, seperti lafadz عمرو dalam contoh جاء زيد وعمرو .
Huruf ataf (huruf yang ada di antara isim dan ma’tuf alaih) itu ada sepuluh:
  1. واو , seperti dalam contoh جاء زيد وعمرو
  2. فاء , seperti dalam contoh جاء زيد فعمرو
  3. ثم , seperti dalam contoh جاء زيد ثم عمرو
  4. أو , seperti dalam contoh جاء زيد أو عمرو
  5. أم , seperti dalam contoh أجاء زيد أم عمرو
  6. إما seperti dalam contoh تزوج إما هندا وإما أختها
  7. بل seperti dalam contoh جاء زيد بل عمرو
  8. لا seperti dalam contoh جاء زيد لا عمرو
  9. لكن seperti dalam contoh جاء زيد لكن عمرو
  10. حتى seperti dalam contoh أكلت السمك حتى رأسها
ü   HUKUM ATAF
Ø  Ataf  Bayan harus cocok dengan ma’tuf alaihnya dalam segi I’robnya, Mudakkar dan Muannatsnya, Mufrod, Tatsniyyah dan Jama’nya serta harus cocok dalam segi Ma’rifat dan Nakirohnya, seperti lafadz خالد dalam contoh دخل أبو شريح خالد
Ø  Fi’il boleh di atafkan pada fi’il apabila zamannya sama walaupun lafadznya berbeda, seperti lafadz يقعد  dalam contoh زيد يقوم ويقعد ,   زيد لن يقوم ويقعد, dan  contoh زيد لم يقم ويقعد .
·               BADAL
ü   DIFINISI BADAL
Badal ialah: isim yang ikut pada matbu’nya ( مبدل منه ) dengan tampa pelantara serta yang menjadi sasaran hokum seperti lafadz أخوك dalam contoh جاء زيد أخوك . dalam contoh ini yang dikena hokum datang adalah أخوك bukan زيد , meskipun notabeninya yang di maksud أخوك adalah زيد .
KETERANGAN:
  1. Sebuah kalimat bisa di jadikan badal apabila terdiri dari kalimat isim. Dalam contoh di atas lafad اخوك  terdiri dari asma’ul khomsah.
  2. Kalimat yang menjadi badal itu harus sama dengan matbu’nya (مبدل منه ). Dalam contoh di atas lafadz  أخوك  pembaca’annya sama dengan lafadz زيد, yaitu sama-sama di baca rofa’.
  3. Antara badal dan mubdal minhu tidak ada pelantara atau tidak ada kalimat atau huruf yang memisah di antara keduanya. Dalam contoh di atas, antara lafadz أخوك  dan lafadz زيد tidak ada pemisah, tidak seperti lafadz عمرو dan lafadz زيد dalam contoh جاء زيد وعمرو, karena antara keduanya terdapat pemisah yaitu huruf wau ( واو ).
  4. Kalimat yang menjadi badal itu menjadi objek (sasaran hukum). Dalam contoh di atas lafadz أخوك menjadi sasaran hukum atau dengan kata lain yang datang adalah أخوك .

ü   PEMBAGIAN BADAL
Badal di bagi menjadi empat:
  1. بدل الكل من الكل
  2. بدل البعض من الكل
  3. بدل الإشتمال
  4. بدل الغلط
  • بدل الكل من الكل ialah lafadz yang menjadi badal pada hakikatnya adalah mubdal minhu, seperti lafadz أخوك  dalam contoh جاء زيد أخوك .
  • بدل البعض من الكل ialah lafadz yang menjadi badal merupakan bagian dari mubdal minhu, seperti lafadz ثلثه dalam contoh أكلت الرغيف ثلثه .
  • بدل الإشتمال  ialah lafadz yang menjadi badal mempunyai hubungan erat dengan mubdal minhu, meskipun pada hakikatnya lafadz tersebut bukan termasuk  mubdal minhu dan juga bukan bagian dari mubdal minhu, seperti lafadz علمه dalam contoh نفعني زيد علمه .
  • بدل الغلط  ialah lafadz yang dalam penyebutannya untuk menghilangkan kesalahan dalam menyebutkan mubdal minhu, seperti lafadz  الفرس dalam contoh ركبت زيدا الفرس.
ü   HUKUM BADAL
Badal harus cocok dengan Mubdal Minhu dalam segi I’robnya, seperti lafadz الجامد dalam contoh  الإسم قسمان, الجامد , sedangkan dalam ma’rifat dan nakirohnya tidak harus cocok seperti lafadz الجامد di atas, yang  mana lafadz tersebut merupakan isim ma’rifat sedangkan Mubdal Minhu-nya yaitu lafadz قسمان   berupa isim Nakiroh.


b.            I’ROB NASHOB
1.    TANDA-TANDA I’RO NASHOB
i'rob nashob mempunyai lima tanda-tanda yaitu:
1.      Fathah
2.      Alif
3.      Kasroh
4.      Ya’
5.      Terbungnya Nun (حذ ف النون )
Dan ke lima tanda-tanda I'rob Nashob tersebut mempunyai bagian masing-masing.
v   FATHAH
Fathah  menjadi tanda-tanda I'rob Nashob ada di tiga tempat yaitu:
  1. Isim Mufrod seperti lafadz زيدا  dalam contoh رأيت زيدا
  2. Jamak Taksir seperti lafadz الرجال dalam contoh رأيت الرجال
  3. Fi’il Mudore’ yang  kemasukan amil nashob yang mana akhir fi’il Mudore’ tersebut tidak bersambung dengan nun taukid mubasyaroh, Nun muannats, dhomir jamak, dhomir tatsniya dan juga tidak bersambung dengan dhomir muannats mukhotobah seperti lafadz يفعل   dalam contoh لن يفعل.
v   ALIF
Alif  menjadi tanda-tandanya I'rob Nashob ada di satu tempat yaitu:
1.                              Asma’ul Khomsah seperti lafazd اباك dalam contoh رأيت أباك
v   KASROH
kasroh menjadi tanda-tandanya I'rob Nashob ada di satu tempat yaitu :
  1. Jamak Muannats salim seperti lafadz مسلما ت dalam contoh رأيت المسلما ت.
v   YA’
Ya’ menjadi tanda-tanda I'rob Nashob ada di dua tempat yaitu:
  1. Isim Tatsniyyah seperti lafadz زيدين dalam contoh رأيت الزيدين.
  2. Jamak Mudzakkar Salim seperti lafadz زيدين  dalam contoh رأيت الزيدين.
v   TERBUANGNYA NUN
Terbuangnya nun menjadi tanda-tanda I’rob Nashob ada di fi’il yang rofa’nya memakai tetapnya nun yaitu Af’alul Khomsah seperti lafadz يفعلا  dalam contoh لن يفعلا . yang mana lafadz tersebut dalam tingkah rofa’nya di baca يفعلان .

KETERANGAN: untuk membedakan isim tatsniyah dan jamak mudzakkar dalam tingkah nashobya ialah: kalau Isim Tatsniyyah huruf yang jatuh sebelum ya’ di baca fathah dan huruf yang jatuh setelah ya’ di baca kasroh, sedangkan kalau jamak mudzakkar kebalikannya.
ISIM-ISIM YANG DI BACA NASHOB
Isim yang di baca nashob itu ada lima belas yaitu:

  1. Maf’ul Bihi
  2. Maf’ul Mutlak
  3. Dhorof Zaman
  4. Dhorof Makan
  5. Hal
  6. Tamyiz
  7. Mustatsna
  8. Isimnya لا
  9. Munadha
  10. Khobarnya كان dan saudara-saudaranya
  11. Isimnya إن dan saudara-saudaranya
  12. Maf’ul min Ajlih
  13. Maf’ul ma’ah
  14. Kedua Maf’ulnya ظن  dan saudara-saudaranya
  15. Lafadz yang ikut pada lafadz yang di baca nashob yaitu:
Ø  Na’at
Ø  Ataf
Ø  Taukid
Ø  Badal
·      Maf’ul bihi ialah: isim yang dibaca nashob yang menjadi sasaran sebuah pekerja’an seperti lafadz زيدا dalam contoh رأيت زيدا .
Maf’ul bihi di bagi menjadi dua bagian yaitu:
1.    Maf’ul bih isim dhohir seperti lafadz زيد dalam contoh di atas,
2.    Maf’ul bihi  isim dhomiir, dan maf’ul bihi isim dhomir ini dibagi menjadi dua bagian yaitu:
o          Terdiri dari dhomir muttashil.
o          Terdiri dari dhomir munfashil.
Maf’ul bihi yang terdiri dari  isim dhomir muttashil itu ada dua belas yaitu:
  1. ني  seperti dalam contoh ضربني
  2. نا seperti dalam contoh ضربنا
  3. ك seperti dalam contoh ضربك
  4. ك seperti dalam contoh ضربك
  5. كما seperti dalam contoh ضربكما
  6. كم seperti dalam contoh ضربكم
  7. كن seperti dalam contoh ضربكن
  8.  ـــهseperti dalam contoh ضربه
  9. ها seperti dalam contoh ضربها
  10. هما seperti dalam contoh ضربهما
  11. هم seperti dalam contoh ضربهم
  12. هن seperti dalam contoh ضربهن
Maf’ul bihi yang terdiri dari isim dhomir munfashil juga ada dua belas yaitu:
  1. إياي seperti dalam contoh ما أكرمت الا إياي
  2. إيانا seperti dalam contoh ما أكرمت إلا إيانا
  3. إياك seperti dalam contoh إياك نعبد
  4. إياك seperti dalam contoh إياك أحب
  5. إياكما seperti dalam contoh ما أكرمت إلا إياكما
  6. إياكم seperti dalam contoh ما أكرمت إلا إياكم
  7. إياكن seperti dalam contoh ما أكرمت إلا إيا كن
  8. إياه seperti dalam contoh ما أكرمت إلا إياه
  9. إياها seperti dalam contoh ما أكرمت إلا إياها
  10. إياهما seperti dalam contoh ماأكرمت إلا إياهما
  11. إياهم seperti dalam contoh ما أكرمت إلا إياهم
  12. إياهن seperti dalam contoh ما أكرمت إلا إيا هن

·      MAF’UL MUTLAK
Maf’ul Mutlak ialah: Masdar yang menjadi fudlah, yang menguatkan pada amilnya masdar seperti lafadz  تكليما  dalam contoh وكلم الله موسى تكليما atau menerangkan macamnya masdar seperti lafadz  أخذdalam contoh       فأخذ ناهم أخذ زيد  atau menerangkan hitungan masdar seperti lafadz ضربتين dalam contoh ضربت زيدا ضربتين .
Maf’ul mutlak (Masdar)  ada dua:
Ø  Maf’ul mutlak Lafdy
Ø  Maf’ul mutlak Ma’nawy
*        Masdar  lafdy iyalah maf’ul mutlak yang dalam segi lafadz cocok dengan amilnya (fi’’ilnya), seperti lafadz ضربتين dalam contoh di atas.
*        Masdar  ma’nawy iyalah maf’ul mutlak yang dalam segi lafadz tidak cocok dengan lafadz amilnya, akan tetapi dalam segi ma’na cocok dengan amilnya tersebut seperti lafadz قعودا dalam contoh جلست قعودا .

Setelah kita tahu bahwa maf’ul mutlak itu adalah masdar, maka kita harus tau apa masdar itu?.
Dikatakan bahwa, masdar ialah sebuah pekerjaan yang timbul dari orang yang mengerjakan. Seperti “mukul”, yang mana pekerjaan mukul itu tidak aka ada tanpa adanya orang yang mengerjakan pemukulan itu.
Menurut sebagian ulama  lebih gampangnya men difinisikan masdar ialah:  lafadz yang ada  di urutan ketiga dalam tasrifan fi’il seperti lafadz ضربا dalam tasrifan fi’il yang berupa ضرب .

·      DHOROF
Dhorof itu dibagi menjadi dua, yaitu dhorof zaman dan dhorof makan,
*   Dhorof Zaman menurut ulama’ nahwu ialah isim yang menunjukkan  waktu terjadinya sebuah pekerjaan yang hukumnya harus dibaca nashob dengan mengira-ngirakan makna في, seperti lafadz  يوم  dalam contoh صمت يوم الخميس, dan juga lafadz  ليلة daam contoh إعتكفت ليلة الخميس.[1] 
*   Dhorof Makan ialah isim yang menunjukkan makna tempat terjadinya pekerjaan yang hukumnya harus dibaca nashob dengan mengira-ngirakan  maknanya في,  seperti    lafadz  أمام   dan وراء  dalam   contoh جلست أمام الشيخ dan جلست وراء الأستاذ.
Isim zaman dan isim makan itu dibagi menjadi dua bagian:
1.    Mutasorrif
2.    Ghoiru Mutasorrif:
Isim zaman mutashorrif ialah isim zaman yang digunakan sebagai dhorof atau selain dhorof seperti lafadz يوم . sedangkan isim zaman yang ghoiru mutashorrif ialah isim zaman yang hanya digunakan sebagai dhorof atau serupanya dhorof seperti lafadz سحر [2].
Isim makan yang muyashorrif seperti lafadz مكا ن sedangkan isim makan ghoiru mutashorrif seperti عند [3].
TANBIH: sebagai yang diterangkan diatas bahwa isim zaman mutashorrif ialah isim yang digunakan untuk dhorof atau selain dhorof, contohnya lafadz يوم , lafadz يوم dikatakan isim zaman yang mutashoorif karna lafadz itu bisa digunakan sebagai dhorof seperti dalam contoh سرت يوما dan juga bisa dijadikan selain dhorof sebagaimana dalam contoh يوم الجمعة يوم مبارك  yang mana dalam contoh itu يوم  menjadi mubtada’.

·      Hal :
·      Tamyiz:
·      Mustatsna:
·      Isimnya لا
·      Munadha
·      Khobarnya









[1] Menurut Imam al-Ahdal, maksud dari mengira-ngirakan في ialah mengira-ngirakan maknanya في bukan lafadznya في karena tidak boleh mengira-ngirakan lafadz fi sebelumnya dhorof. (Tasywiq al-Khillan, Hal. 196)
[2] تشويق الخلان : ص 198 المكتبة العلمية
[3] Ibid halaman 199